Academic
Belajar dari Partai Masjumi
Outline: Kesederhanaan hidup dan keteguhan dalam memegang prinsip menjadi barang langka di tengah-tengah para pemimpin kita saat ini. Pragmatisme dan hedonisme merasuki denyut nadi orang-orang yang mengaku berjuang untuk kepentingan rakyat. Rakyat hidup di tengah janji-janji politik, sementara para pemimpinnya hidup bergelimang kemewahan. Partai Masjumi (1945-1960) bisa dibilang sebagai pengecualian dari itu semua. Partai yang didirikan atas prakarsa para ulama, founding fathers (pendiri bangsa), dan para aktivis Islam dari berbagai latar belakang organisasi Islam dikenal memiliki integritas yang tinggi. Para tokohnya dikenal sebagai sosok-sosok yang sederhana, cerdas, teguh pendirian, dan santun dalam berjuang. Cita-cita perjuangan Partai Masjumi tak lepas dari upaya menjadikan Islam sebagai pijakan (asas) yang mengatur kehidupan, baik individu, masyarakat, dan negara. Visi mensejahterakan rakyat dan membangun pemerintahan, dibingkai dalam cara pandang Islam. Meski begitu, Masjumi bukanlah partai yang sektarian, diskriminatif, dan intoleran terhadap umat lain. "Islam itu kalau besar tidak melanda, kalaupun tinggi malah melindungi," demikian ujar Mohammad Natsir, tokoh partai ini. Masjumi memilih jalan dakwah lewat parlemen, karena pertimbangan bahwa untuk melakukan sebuah perubahan, membutuhkan kesabaran. Tentu saja, kesabaran itu diiringi dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip Islam. Masjumi mampu membedakan mana prinsip-prinsip yang tsubut (tetap) dan mana yang mutaghayyirat (bisa berubah). Mana yang menjadi alat, dan mana yang menjadi tujuan. Buku ini memaparkan kegemilangan sebuah partai Islam yang dulu pernah menjadi harapan dan tumpuan umat di negeri ini. Keteladanan dalam berjuang dan jatuh bangunnya partai ini bisa menjadi pelajaran bagi kita, khususnya mereka yang berkhidmat dalam bidang politik.
Tidak tersedia versi lain