Academic
Injil Kerajaan Sang Ratu Adil : Kisah Hidup dan Misi Penginjilan Kiai Ibrahim Tunggul Wulung
Outline: Mei 1853, Jelle Eeljest Jellesma, seorang zendeling dari Nederlandsch Zendeling Gennorschap (NZG), bertemu dengan seorang paruh baya yang dijuluki dengan nama Tunggul Wulung di Mojowarno. Jellesma memberikan Alkitab kepadanya dan Tunggul Wulung mempelajarinya. Setelah Tunggul Wulung percaya Injil, menjadi Kristen, dan dibaptis dengan nama Ibrahim, struktur sosial dan kehidupan masyarakat Jawa pada akhir abad ke-19 khususnya di Jawa Tengah Utara berubah. Golongan masyarkat yang berjumlah lebih dari 1.058 jiwa, yang dikenal dengan nama Kristen Jawa, membuka desa-desa baru dan menempati tanah Jawa. Tunggul Wulung merupakan gelar julukan yang diberikan oleh masyarakat Kristen di desa Bondo dan Banyutowo kepada R.M.H. Tondokusumo. Selama 32 tahun hidup kekristenannya, Tunggul Wulung mengajarkan Yesus Kristus Sang Ratu Adil sejati bagi masyarakat di tanah Jawa. Kristalisasi pengajaran Tunggul Wulung dapat dipahami di suatu tembang yang dikenal dengan tembang Sri Kuning, yang fokusnya pada Kristologi Yesus serta karya-Nya di kayu salib. Namun, Tunggul Wulung tidak berhenti di sini, dia menerapkan Kristus yang berkuasa sebagai Raja, Imam, dan Nabi dalam setiap kehidupan praktis masyarakat, dimana fungsi Dasa Titah yang tidak terlepas dari perspektif perikop Matius 5. Di sini seolah-olah kelemahlembutan, lapar, serta haus akan kebenaran dan keadilan tidak terpisahkan. Ketika mereka memperoleh belas kasihan Allah, mereka akan meneruskan tindakan belas kasihan ini kepada sesama mereka. Belas kasihan Allah merupakan pemberian dan karunia Allah yang bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk membangun dan memberkati sesama dalam masyarakat. Buku ini mengulas kisah hidup dan misi penginjilan Tunggul Wulung.
Tidak tersedia versi lain